Senin, 26 Februari 2018

Cara Membuat Naskah

NASKAH 

Naskah adalah segala macam dokumen buatan tangan manusia secra langsung, baik ditulis maupun diketik, berbeda dari dokumen-dokumen yang di cetak dengan mesin atau diproduksi dengan cara yang terotomasi atau tidak secara langsung menggunakan tangan manusia. Kini istilah naskah juga diartikan sebagai karya tulis dengan berbentuk tulisan tangan , ketikan, atau salinannya yang di buat dengan aplikasi pengolah kata (bahsa inggris word-processing) olehpenulisnya sendiri, berbeda dari karya tulis tersebut dalam cetakan. sebelum teknk cetak dikenal, semua dokumen dan buku adalah naskah. Naskah tidak ditentukandari isinya, yang dapat saja menggabungkan tulisan dengan hitung-hitungan Matematika, prta-peta, gambar-gambar penjelasan, atau ilustrasi-ilustrasi. Naskah dapat saja berwujud buku, gabungan, ataukodeks. Naskah-naskah berilmunisasi diperkarya dengan gambar-gambar, hiasan-hiasan pembingkai halaman, huruf-huruf insial dengan efek  timbul yang rumit, atau ilustrasi-ilustrasi sehalaman penuh. 

Naskah dalam Sejarah

Sebelum ditemukannya percetakan (dokumen), semua dokumen tertulis harus dibuat dan diperbanyak dengan tulis tangan. Biasanya, naskah dibuat dalam bentuk gulungan ataubuku, dan uraian naskah lontarnipa, dluwang/daluang (kertas tradisional beserat kasar drikulit pohon), dan kertas.

Di Asia Tenggara, pada milenium pertama,dokumen paling penting dibuat pada lempeng tembaga yang terhalus dengan pembakaran, dan diukir dengan pahat logam. Di Filipina, misalnya, pada abad ke-9,dokumen tidak diukur dengan pahat, tetapi lebih seperti pencetak dot-metriks masa kini. Dokumen seperti ini jarang sekali ditemukan, dibanding naskah-naskah yang tertuang pada daun atau bambu. Namun, iklim tropis yang lembap menyebabkan naskah-naskah dalam bahan organik tersebuut mudah sekali rusak. Di Nusantara, naskah-naskah yang dibuat padadaun lontar/nipah dan daluang ini banyakdigunakan. Sebagaimana sekarang, naskah pada daluang ditulis menggunakan pena/kuas, sedangkan pada dedaunan, tulisannya diukir menggunakan semacam pisau kecil yang disebut (dalam bahsa sunda: pisaupangot). 

Di Barat pada zaman klasik hingga abad-abad awal Tarikh Masehi, naskah-naskah ditulis tanpa sepasi antar kata (Scriptio continua), sehingga akan menyulitkan bagi yang terlatih. Salinan naskah-naskah tersebut biasanya dalam askara Yunani dan Bahsa Latin dan berasal dari abad ke-4 hingga abad ke-8, di golongkan berdasarkan penggunaaan huruf kapital (maiuscula) atau huruf kecil (minuscula).

Naskah masa Kini

Menurut Library and Information Science, suatu naskah adalah semua barang tulisan tangan yang ada pada koleksi perpustakaan atau arsip; misalnya, surat-surat atau buku harian milik seseorang yang ada pada koleksi perpustakaan. Dalam konteks lain, penggunaan istilah "naskah" tidak semata untuk sesuatu yang ditulis tangan. Dalam penerbitan buku, majalah,dan musik naskah berarti salinan asli karya yang ditulis oleh seseorang pengarang atau komponis. Dalam perfilman teater, naskah berarti teks pemain drama, yang digunakan oleh perusahaan teater atau kru film saat dibuatnya pertunjukan atau pembuatan perfilman.


FUNGSI NASKAH 

Dalam membuat presentasi video naskah berfungsi sebagai :

1. Dasar penentuan kostum
2. Dasar penentuan pemeran 
3. Dasar penghitungan anggaran 
4. Dasar penentuan lokasi/dekorasi
5. Dasar pedoman pengambilan gambar/shooting
6. Pedoman utama dalam pelaksaan produksi 
7. Dasar penentuan peralatan yang akan digunakan
8. Dasar penentuan keraba kerja yang digunakan
9. Dan lain-lain yang terkait dengan proses produksi 


JENIS NASKAH 
1. Non Cerita
a. Berita
b. Dokumentar
c. Feature
d. Reality Program 
e. Dll

2. Cerita
a. Berita/Drama
b. Hiburan : Musik, Lawak, Kuis Dll
c. Iklan (ILM)
d. Dll

Hal yang harus diperhatikan pada naskah presentasi video produk benda jadi atau cara kerja.
1. Alur presentasi logis, dimulai dari masalah (bila perlu didramatisasi seperlunya), ditunjukkan solusinya berupa gagasan yang akan dikemukakan.

2. Menggunakan urutan (sequence) naratif, urutan deskriptif, dan urutan penjelasan (explanatory) dengan titik berat pada urutan deskriptif.

3. Urutan terjaga kontinuitasnya.
4. Narasi hanya mengantar dan menjelaskan hal-hal tertentu. Tidak mendominasi seluruh tayangan.Narasi menggunakan kata-kata lugas dan bukan mengomentari tampilan gambar. Narasi dipersiapkan melalui naskah narasi tersendiri. Penempatan kalimat kunci harus tepat, memiliki gaya bercerita yang kuat.
5. Dapat menggunakan kesaksian orang terkenal, atau ilmuwan atau praktisi.
4. Pada  tahap  simpulan ditutup dengan narasi yang kuat, berpengaruh, menggunakan gambar yang jelas,back sound yang sesuai.
7. Lebih mengutamakan tampilan produk benda jadi, atau animasi grafis cara kerja.
8. Cara bekerja bagian produk pada bagian-bagian yang tidak tampak secara langsung, diungkapkan dengan sketsa atau animasi.
9. Cara bekerja produk didemonstrasikan langsung. Bila perlu menggunakan
directsound atau dengan istilah lain sound on tape.


CONTOH NASKAH DRAMA


Seisi rumah terlihat sangat sibuk. Karena sebentar lagi, tepatnya seminggu lagi kakak Tari yang bernama Liana bakal menikah.
Tari sedang menjalani masa libur sekolah, saat itu ia tengah bersantai di ruang tamu, tepatnya di atas sebuah sofa keluarga. Beberapa saat kemudian, Liana kakaknya menghampiri dirinya yang tengah bersantai.
Liana : Tari, kamu sedang libur kan?
Tari : Iya kak, memangnya ada apa ya?
Liana : Kakak bisa minta tolong kamu nggak?
Tari : Memang minta tolong apa kak?
Liana : Kebetulan kurir yang seharusnya menolong kakak sedang sakit. Bisa nggak kamu tolongin kakak ngambil souvenir yang ada di mall, nganterin sisa dari bayar catering di Gading Resto, ambilin baju buat pagar ayu di BUdhe Ayu sama ngecek persiapan gedung pernikahan untuk kakak?
Tari : Apa??? Kok banyak banget sih kak. Masak itu harus diselesaikan dalam satu hari?
Liana : iya, makanya itu kakak minta tolong sama kamu karena kakak juga sedang sibuk nih, kan mumpung kamu juga sedang nganggur, please yaa?
Tari : Iya dehh.
Kemudian Tari mulai berpikir bagaimana caranya agar ia bisa mengerjakan tugas yang diberikan oleh kakaknya, padahal jarak dari tempat yang dituju juga lumayan berjauhan satu sama lainnya. Kebetulan saat itu Mega dan Heru tengah berkunjung ke rumah Tari.
Mega : Tar, kita jalan-jalan yuk! Sekalian ke toko buku, katanya si Heru sedang ada diskon besar-besaran loo!
Heru : iya nih Tar. Kan kemarin kamu juga katanya sedang nyari novel terbarunya si Alberthiene ENdah, kan?
Tari : Wah, sorry ya teman-teman, sepertinya aku nggak bisa ikut kalian jalan-jalan deh. Soalnya sekarang aku lagi dapet tugas buat bantuin kak Liana buat nyiapin pernikahannya. Lihat nih, aku harus ke semua tempat ini coba.
Kemudian tari memperlihatkan kertas berisi tugas yang tadi diberikan oleh kakaknya.
Mega : Kamu yakin Tar bisa ke semua tempat ini? Kan semuanya saling berjauhan. Apa ada yang bisa kita bantu nih?
Heru : Iya nih, bener kata si Mega! Gimana kalo kita bantuin kamu aja, kayaknya kamu bakal kecapean juga kalo cuma ngerjain sendiri? Aku telpon si Danang sama Joni juga sekalian deh biar semakin mudah ngerjainnya, juga biar makin rame.
Heru pun menelepon Danang terlebih dahulu.
Heru : Halo, Dan. Kamu bisa bantuin Tari nggak? Dia sedang butuh bantuan buat nyiapin pernikahan kakaknya. Nah, kan kebetulan Rumah kamu deket sama mall. BIsa nggak minta tolong ambilkan souvenir di mall?
Danang : Oke, bisa aja sii, tapi bentar ya? Soalnya ini sedang repot aku.
Sedangkan di sisi lain Danang sedang asyik membaca berita mengenai tempat permainan yang baru yang ada di mall dekat rumahnya tersebut. Ia ingin cepat-cepat mencoba permainan baru tersebut.
Danang : Kalo bantu ngambil souvenir bua Tari aku nggak bakal bisa nyoba game bar nih. Tapi udah terlanjur ngmong oke. Gimana ya? Ah, bohongin mereka aja dehh!
Danang kemudian mengirimkan pesan kepada Heru. Dia berkata jika dirinya tiba-tiba dimintai tolong oleh ibunya dan tidak dapat menolong Tari.
Heru : Danang ngirim SMS nih. Katanya dia mendadak harus segera membantu ibunya. Jadi yang mengerjakan tugasnya kita berempat saja sama si Joni. Aku sama si Mega nanti ke mall nagmbil souvenir, Tari nanti ke Gading Resto dan cek kesiapan gedung. Terus Joni ngambil baju pagar ayu ke Budhe Ayu, ya?
Tari : Wah, makasih teman-teman. Tanpa kalian aku tidak bisa apa-apa pasti ngerjain ini semua.
Mega : Sama-sama Tar. Kita sebagai seorang teman memang sudah seharusnya saling tolong menolong kan! Kita kan juga sudah lama menjalin persahabatan selama sepuluh tahun lamanya.
Heru dan Mega kemudian pergi ke mall untuk mengambil souvenir di sana. Sesampainya di mall.
Mega : Her, coba deh kamu lihat anak yang pake baju biru itu? rasanya kok kayak mirip sama si Danang ya?
Heru kemudian melihat menuju arah yang tadi ditunjuk oleh si Mega. Seseorang yang mengenakan baju biru terlihat sedang asyik bermain pada salah satu game center yang berada di mall tersebut.
Heru : Loh, itu sih memang si Danang. Samperin yuk Meg!
Mega dan Heru kemudian menghampiri si Danang yang tengah asyik bermain game. Kemudian mereka menepuk bahu si Danang.
Heru : Hayyoo…, katanya mau bantu ibu? Kok malah ada disini?
Mega : iya nih Nang, parah kamu. Bisa main disini tapi nggak mau bantuin si Tari. Dia kan sahabat kamu juga padahal.
Danang yang saat itu sedang bermain game seketika pun langsung kaget serta memasang wajah kikuk dan menunduk merasa bersalah.
Danang : iya, maaf dehh, aku khilaf. Aku tadi benar-benar pengen cobain game ini soalnya. Tapi malah sudah terlanjur janji buat bantu Tari. Ya sudah akhirnya aku bohong saja.
Mega : Kami nggak ngerti betapa kerepotannya Tari, Nang.
Danang : Maaf…
Heru : Sudah lahh, jangan minta maaf sama kita, tapi minta sama Tari sana. Barangkali sekarang dia masih di rumah, karena tadi sebelum pergi saudaranya datang menemuinya.
Danang : Aku ke rumah Tari sekarang aja dehh!
Mega : Ehh, tunggu sebentar! Bantuin kita dulu nih bawa souvenir! Nanti kita sama-sama ke rumahnya si Tari.
Setelah mengambil souvenir di mall, mereka pun kembali ke rumah si Tari bersama dengan si Danang. Saat mereka kembali, si Joni sudah berada disana terlebih dahulu.
Tari : Loo, kok Danang kamu kok ikut? Katanya sedang bantuin ibumu?
Joni : lah iya Nang, kok cepet sekali kamu?
Heru : Alibinya dia aja sih Tar. Padahal aslinya asyik sedang main game (Heru dan Mega tertawa)
Danang : Iya nih Tar. Maaf ya, tadi aku bohong sama kalian. Aku leih mementngkan main game daripada bantuin sahabat sendiri.
Tari : Udah lah. Nggak apa-apa kok Nang.
Danang : Mungkin sekarang ada yang masih bisa ku bantu Tar?
Tari : Ada dong pastinya! Ngecek perlengkapan gedung bisa?
Danang : Bisa lahh! Apa sih yang nggak buat Tari?!

Mereka semua pun tertawa lepas.

Macam-macam Naskah

(1) Naskah spontan
Ini adalah naskah yang dikirimkan penulis kepada penerbit untuk kemudian penerbit mempertimbangkan terbit/tidaknya.
Misalnya, kamu punya naskah novel sastra yang kamu tulis sendiri, kemudian kamu mengirimkannya ke penerbit. Inilah naskah spontan. Naskah spontan ditulis sepenuhnya atas inisiatif dan kemauan penulis, sama sekali tidak ada pihak luar yang "menyuruh" dia untuk menulisnya. Misal kamu pengen nulis tentang tips trik modifikasi motormatic ala-ala kekinian, lalu kamu menulisnya sampai selesai. Ini naskah spontan. Dengan kata lain, naskah spontan ditulis murni atas keinginan si penulis (tentunya berdasarkan pertimbangan si penulis).

Karena sifatnya yang 'manasuka,' naskah spontan harus melalui proses seleksi dan evaluasi dulu di penerbit sebelum diterbitkan. Penerbit tentunya akan mempertimbangkan baik-buruknya isi naskah, serta sesuai/tidaknya naskah spontan itu dengan karakteristik terbitannya. Jenis naskah spontan ini akan lebih besar peluang diterimanya jika penulis mengirimkannya ke penerbit yang tepat. Misal naskahmu tentang usaha ternak bebek, maka sebaiknya kirimkan naskahmu ke penerbit buku-buku pertanian/peternakan. Begitu juga, jika naskah novelmu adalah tentang roman remaja, kirimkan lah ke penerbit yang memang menerbitkan buku-buku remaja. Hal-hal yang menjadi pertimbangan penerbit di antaranya: isi naskah, tren pasar, serta kondisi pangsa pasar (calon pembaca).

(2) Naskah Pesanan
Yah, namanya juga pesanan jadi sederhananya ini adalah naskah yang "dipesan" oleh penerbit. Suatu ketika, buku tentang Tes CPNS tengah laris di pasaran, maka penerbit bisa saja memesan naskah buku Tes CPNS kepada penulis. Mungkin, naskah buku CPNS yang masuk sedang kosong atau sedikit, padahal pasar tengah butuh banyak. Maka, penerbit pun memesannya ke penulis. Inilah satu kehebatan penulis, kadang penerbitlah yang mencari penulis dan bukannya penulis yang mencari penerbit. Keren kan? Tapi, tidak semua penulis bisa dicari oleh penerbit. Hanya penulis-penulis tertentu saja yang menjadi buruan penerbit untuk memesan naskah.Biasanya, penulis-penulis naskah pesanan adalah mereka yg ahli dalam suatu bidang. Misalnya saja, sastrawan besar, pakar IT, atau motivator. Bisa juga mereka ini adalah penulis yang telah banyak menulis buku dalam suatu tema, misal penyusun buku-buku tentang Tes CPNS.

Para penulis pesanan ini menjadi tumpuan penerbit ketika kondisi pasar tengah lesu, atau ketika buku-buku tertentu tengah laris. Ketika musim tes CPNS misalnya, penerbit akan memesan naskah kepada penulis yang biasa menulis buku-buku tentang CPNS.

Penulis naskah pesanan juga dituntut untuk ahli atau memahami tema-tema yang menjadi spesialisasinya. Karena naskah pesanan butuhnya cepat, maka garapnya juga kilat, tapi isinya tetap tepat. Begitulah dramanya. Tidak melulu naskah nonfiksi, ada juga penulis fiksi yang menerima pesanan menulis naskah novel loh. Selain penerbit, naskah pesanan juga bisa datang dari pribadi atau instansi yang memang ingin kisah/tulisannya diterbitkan. Buku biografi seorang tokoh terkenal misalnya. Pihak luar bisa memesan naskah biografi tokoh ybs langsung ke penulisnya. Enak kan, jadi penulis yang dicari dan bukan sekadar mencari. Tapi ya itu, syaratnya berat. Kudu cepat dan piawai serta tepat menulis naskah.

(3) Naskah yang Dicari Editor
Dalam hal ini, editor yang bergerilya mencari naskah untuk diterbitkan. Naskah ketiga ini mulai marak di Indonesia beberapa tahun terakhir. Para penerbit mengutus editornya untuk mencari naskah di luar. Mungkin, ada penulis yang cerpennya sering dimuat di koran dan sebuah penerbit tertarik untuk menerbitkannya dalam sebuah kumcer. Penerbit kemudian mengutus salah satu editornya untuk menemui si penulis cerpen, untuk lalu menawarkan kontrak penerbitan. Karena itulah, sering kita lihat editor-editor penerbit mayor yang bukannya kerja di kantor, eh malah jalan-jalan ke kafe atau mal. Bukan, para editor kekinian itu ke mal bukan sekadar untuk konkow, tapi memang hendak bertemu penulis. Editor-editor seperti ini juga sering ngider ke acara kepenulisan atau sejenisnya. Tujuannya, melacak calon penulis yang prospektif. Jejak para editor kekinian ini juga sering ditemui pada forum-forum kepenulisan di dunia maya, semacam Wattpad atau blog. Jadi, jangan pernah ragu untuk menuliskan kisah atau karyamu ke media sosial atau di dunia maya. Siapa tahu, ada editor yang meliriknya. Tapi, hati-hati juga saat mengunggah karyamu di dunia maya karena rawannya pencurian data dan karya. Coba diproteksi terlebih dulu.

(4) Naskah Terjemahan
Yakni, naskah yang diterjemahkan dari bahasa asing untuk kemudian diterbitkan dalam bahasa ibu. Untuk naskah terjemahan, yang dicari penerbit adalah penerjemah untuk menerjemahkan suatu naskah asing ke dalam bahasa Indonesia (misalnya). Terkait naskah terjemahan ini, ada dua jenis: (a) Naskah yang sudah bebas hak cipta dan (b) Naskah yang masih terikat hak cipta. Untuk naskah bebas hak cipta, penerbit bebas untuk menerjemahkan dan kemudian menerbitkannya tanpa membayar royalti kepada penulis. Naskah bebas royalti ini di antaranya naskah-naskah klasik dunia yang diterbitkan sebelum tahun 1900-an sehingga sudah bebas hak cipta. Bisa juga si penulis sendiri yang memperbolehkan naskahnya untuk diterjemahkan dan direproduksi tanpa harus izin/bayar royalti dulu. Ketentuan naskah yang bebas hak cipta kapan-kapan kita bahas dalam satu bahasan sendiri deh.

Untuk naskah yang masih terikat hak cipta, tentu saja penerbit harus meminta izin dulu kepada si penulis atau penerbit asli buku terjemahan. Dalam hal ini, penerbit biasanya harus membayar sejumlah uang sebagai izin reproduksi suatu karya asing ke dalam bahasa Indonesia. Caranya bagaimana? Bisa lewat email, telepon, atau berkunjung langsung ke penerbit di negara asal. Acara-acara internasional seperti Frankfurt Book Fair juga bisa digunakan sebagai sarana untuk mencari calon-calon naskah terjemahan. Setelah izin didapat, barulah penerbit mencari penerjemah untuk menerjemahkan naskah terjemahan itu. Lumayan panjang ya prosesnya. Jadi, mohon dimaklumi kalau buku terjemahan sering kali mahal dan lama terbitnya. Prosesnya memang agak ribet cuy.

(5) Naskah Sayembara
Yakni naskah yang pencariannya dilakukan lewat sayembara atau lomba menulis. Biasanya, penerbit membikin lomba menulis dengan tema tertentu untuk kemudian diterbitkan karya-karya pemenangnya. Beberapa kali, @divapress01 pernah mengadakan sayembara menulis ini, di antaranya #fikfanDIVA, #BangunCinta, #HororKotaDunia dan lain-lain. Intinya, penerbit menjaring semua naskah yang masuk untuk kemudian dipilih beberapa yang terbaik yang akan diterbitkan.

Naskah sayembara ini bisa berupa kumpulan cerpen, kumpulan puisi, artikel perjalanan, esai, atau bahkan novel. Biasanya, ada tema khusus dan prosedur yang telah ditentukan oleh penerbit dalam menjaring naskah jenis kelima ini. Bisa pula penerbit menerbitkan naskah hasil lomba yang diadakan oleh instansi lain, misalnya naskah-naskah pemenang Sayembara Novel DKJ.
Bagi kalian yang ingin karyanya cepat terbit, mengikuti lomba menulis ini semacam 'jalan pintas' yang positif. Jadi, rajin-rajinlah ikutan. Menang atau kalah bukan yang utama, mendapatkan pengalaman serta sebagai sarana latihan; itulah yang kita incar dari lomba-lomba menulis.

(6) Naskah kerja sama
Adalah naskah yang diterbitkan atas kerja sama pihak penerbit dengan suatu lembaga/badan/instansi tertentu. Dalam hal ini, sebuah instansi yang menyodorkan naskah kepada penerbit untuk kemudian diterbitkan. Instansi tersebut kemudian membayarkan sejumlah uang kepada pihak penerbit sebagai biaya cetak dan penerbitan buku.  Jadi, sederhananya, pihak penerbit dibayar untuk menerbitkan naskah yang ditawarkan oleh suatu lembaga atau instansi. Atau, bisa juga penerbit dan instansi sama-sama menanggung biaya penerbitan buku dengan persentase yang telah dirundingkan terlebih dulu. Model penerbitan indie sedikit-banyak mirip dengan naskah kerja sama ini, tentunya dengan beberapa perbedaan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar